Tugas dan Kewajiban Terkait dengan Hukum-hukum Fikih atau Syari’at Islam

Soal – 01: Apakah tugas dan kewajiban saya selaku seorang muslim terkait dengan hukum-hukum fikih atau syari’at Islam? Dan apa sanksinya jika saya enggan mempelajarinya?

Jawab: Apabila anda telah mencapai usia balig dan memiliki kemampuan (qudrah), maka anda diwajibkan untuk mempelajari berbagai masalah hukum fikih atau hukum-hukum syari’at  yang biasa anda lakukan sehari-hari, seperti masalah wudhu, salat, puasa, bersuci dan juga sebagian hukum-hukum muamalah yang anda lakukan setiap hari, seperti hukum-hukum berdagang, bekerja dan lain sebagainya.  Dan jika anda enggan mempelajari hukum-hukum fikih tersebut, sehingga akibatnya anda dapat meninggalkan hal-hal yang diwajibkan atau melakukan hal-hal yang diharamkan oleh syari’at, maka anda dianggap telah berbuat maksiat dan berdosa.

  وأمّا الحوادثُ الواقعةُ فارجعُوا  فيهَا إلى رُواةِ حديثِنَا ، فإنّهُم حُجّتِي عليكُم وأنا حُجّةُ اللهِ.  

Soal – 02: Sebagaimana kita ketahui bahwa setiap muslim yang bukan mujtahid, di dalam mengamalkan hukum-hukum fikih, diwajibkan bertaklid kepada seorang marja’ taklid yang telah memenuhi syarat, tetapi mengapa di dalam masalah akidah mereka tidak dibolehkan bertaklid

Jawab : Ya benar, bahwa di dalam masalah akidah ( ushuluddin ), menurut ajaran madzhab Ahlul Bait as, setiap muslim tidak dibenarkan bertaklid buta dan mengikuti akidah orang lain tanpa memahami dalil-dalil dan argumen-argumennya.  Misalnya dalam masalah menetapkan dan meyakini adanya Tuhan Sang Pencipta alam semesta ini, adanya hari pembalasan, mengenai keesan Tuhan dan lain-lain, dalam hal ini setiap muslim tidak boleh ikut-ikutan dan bertaklid buta kepada orang lain, sekali pun kepada guru atau orang tua mereka sendiri. Tetapi mereka harus mencari atau memahami dengan baik dan benar akan dalil-dalil dan argumen-argumen yang berhubungan dengan masalah tersebut. Hal itu disebabkan karena kebanyakan masalah-masalah akidah itu berkaitan erat dengan masalah akal sehingga setiap muslim mampu mencari dan memahami dalil-dalilnya dengan baik tanpa harus bertaklid buta.

Akan tetapi di dalam masalah-masalah fikih jika bukan mujtahid maka sangat sulit memahami tentang hukum-hukum fikih dari sumber-sumbernya yang asli yaitu Al-Qur’an dan hadis-hadis Nabi Saw serta riwayat para m aksumin As. Oleh karena itu, setiap muslim yang belum mencapai derajat ijtihad (belum mujtahid) diwajibkan bertaklid kepada seorang mujtahid atau marja’ taklid. []

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Jadwal Salat Kota Jakarta