Masalah 10) Apabila marja taklid meninggal maka mukalid tetap dapat bertaklid kepadanya; artinya ia tetap dapat beramal sesuai dengan fatwa-fatwa marja taklid yang telah meninggal itu. Hal ini disebut dengan istilah “Tetap Bertaklid kepada Mayit” dan untuk tetap bertaklid kepada mayit dan batasan taklid kepada mayit ia harus memperoleh izin dari mujtahid yang masih hidup dan memenuhi syarat.
Masalah 11) Dalam tetap bertaklid (baqa), tidak ada perbedaan antara apakah mujtahid itu a’lam atau tidak, bagaimanapun dibolehkan namun lebih baik tetap bertaklid pada mujtahid a’lam.
Masalah 12) Taklid permulaan dari mujtahid yang telah meninggal atau tetap bertaklid kepadanya dan batasannya harus bertaklid pada mujtahid yang masih hidup dan berdasarkan prinsip kehati-hatian harus a’lam. Tentu saja jika kebolehan bertaklid pada mujtahid yang telah meninggal, menjadi kesepakatan para fakih kontemporer, maka tidak perlu izin dari mujtahid a’lam.
Masalah 13) Orang-orang yang pada masa hidupnya mujtahid jami’ al-syaraith belum mencapai usia baligh namun secara benar bertaklid kepadanya dan kemudian mujtahid itu meninggal dunia maka ia tetap dapat bertaklid kepadanya.
Masalah 14) Orang yang bertaklid kepada seorang mujtahid dan setelah wafatnya ia bertaklid kepada mujtahid lainnya pada sebagian masalah dan kemudian mujtahid ini pun meninggal dunia maka ia tetap dapat sebagaimana sebelumnya bertaklid kepada mujtahid yang pertama dalam hal-hal yang ia tidak berpindah (‘udul), demikian juga ia bebas memilih dalam hal-hal yang ia berpindah tetap bertaklid pada mujtahid yang kedua atau berpindah kepada mujtahid yang masih hidup.
Sumber:
Kitab Muntakhab al-Ahkam
karya Imam Ali Khamenei
Terbitan Nur Al-Huda ICC 2020