Masalah 127) Benda-benda yang menyucikan najis disebut sebagai muthahhirat. Muthahhirat terdiri dari beberapa hal sebagaimana berikut, 1. Air. 2. Tanah. 3. Sinar matahari. 4. Istihalah. 5. Perpindahan (intiqal). 6. Islam. 7. Tabaiat. 8. Hilangnya benda najis. 9. Istibra hewan pemakan najis. 10. Gaibnya Muslim.
- Air
Masalah 128) Sesuatu yang telah najis, apabila benda najisnya telah dihilangkan, maka benda itu dibenamkan sekali dalam air kurr atau air jari (mengalir) atau di bawah selang yang bersambung dengan air kurr sehingga air mengenai semua tempat yang telah najis. Dengan cara seperti ini, benda yang ternodai najis itu akan menjadi suci. Pakaian, karpet dan semisalnya berdasaran prinsip kehati-hatian (wajib) harus dibenamkan dalam air kemudian diperas atau dikibas-kibas. Bahkan tidak perlu diperas atau dikibas-kibaskan di luar air. Di dalam air sekali pun telah memadai.
Masalah 129) Sesuatu yang najis akibat bersentuhan dengan air kencing akan menjadi suci apabila air qalil (air sedikit) disiramkan sebanyak dua kali di atasnya namun terlebih dahulu benda najisnya harus dihilangkan. Sesuatu yang najis akibat bersentuhan dengan najis-najis lainnya, maka setelah menghilangkan benda najisnya terlebih dahulu akan menjadi suci dengan sekali menyucinya.
Masalah 130) Sesuatu yang disiramkan dengan air qalil maka air yang disiramkan di atasnya harus dipisahkan dan apabila dapat diperas seperti pakaian dan karpet maka harus diperas sehingga air terpisah darinya.
Masalah 131) Dalam menyucikan karpet najis dan semisalnya dengan selang, terpisahnya air bekas tidak menjadi syarat, melainkan begitu air sampai kena ke tempat najis, setelah hilangnya benda najis dan bergeraknya air bekas dari tempatnya dengan diperas pada karpet tatkala bersambung dengan air maka karpet najis itu akan menjadi suci.
Masalah 132) Tungku perapian yang dibuat dari tanah yang telah bercampur najis maka dengan mencucinya akan menjadi suci. Kesucian secara lahir perapianyang diletakkan di atasnya adonan roti telah mencukupi.
Masalah 133) Pakaian-pakaian najis yang tatkala disucikan mewarnai air (luntur), apabila pewarnaan ini tidak menyebabkan air menjadi mudhaf (bercampur), dengan menyiramkan air pada pakaian-pakaian najis itu maka akan menjadi suci.
Masalah 134) Pakaian-pakaiannajis yang diletakkan dalam sebuah wadah untuk disirami air dan tempat itu dipenuhi dengan air, pakaian, wadah, air dan serat–serat yang dipisahkan dari pakaian dan ditaruh di atas air dan ditumpahkan bersama air semuanya suci (akan tetapi sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya dalam pakaian dan semisalnya berdasarkan prinsip ihtiyath setelah direndam dalam air, diperas atau dikibas-kibaskan).
Masalah 135) Apabila pakaian-pakaian najis diletakkan pada wadah dan air bersambung dengan pipa dan wadah itu dipenuhi dengan air kemudian pakaian-pakaian itu diangkat atau dipindahkan, maka pakaian, air dan serat-serat(benang) yang dipisahkan dari pakaian semuanya suci.
Cara Menyucikan Wadah
Masalah 136) Wadah-wadah yang terkena najis harus dicuci dengan air qalil sebanyak tiga kali namun dengan air kurr dan air jari (mengalir) cukup sekali.
Masalah 137) Wadah yang jadikan tempat oleh anjing untuk minum atau makan atau dijilati anjing maka pertama kali harus dibersihkan dengan tanah lalu dengan air. Apabila dicuci dengan air qalil maka harus dicuci dua kali setelah dibersihkan dengan tanah.
Masalah 138) Wadah yang jadikan tempat oleh babi untuk minum atau makanan yang berkuah maka ia harus disucikan sebanyak tujuh kali namun tidak perlu dilumuri dengan tanah.[]
Sumber:
Muntakhab al-Ahkam (Fatwa-fatwa Hukum Fikih, Politik, Sosial dan Budaya) Imam Ali Khamenei [ Nur Alhuda ICC 2020]