Masalah 944) Untuk dapat menjadi imam jamaah, terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi, sebagai berikut: 1. Balig. 2. Berakal. 3. Adil. 4. Anak dari hubungan legal (nikah). 5. Syi’ah Dua Belas Imam. 6. Melakukan salat dengan benar. 7. Laki-laki (ketika makmumnya laki-laki).
Masalah 945) Dalam bermakmum kepada imam jamaah tidak disyaratkan untuk mengenalnya secara hakiki, melainkan hanya dengan terbuktinya sifat adil imam dari pandangan makmum dengan cara tertentu, bermakmum dengannya diperbolehkan dan salat jamaah yang dilakukannya sah.
Masalah 946) Apabila bacaan mukalaf tidak benar dan dia tidak memiliki kemampuan untuk mempelajarinya, maka salat yang dilakukannya benar, tetapi orang lain tidak bisa bermakmum padanya.
Masalah 947) Apabila menurut pandangan makmum, bacaan yang dilakukan oleh imam tidak benar sehingga dia menganggap salatnya tidak sah, maka dia tidak bisa bermakmum padanya. Apabila dia tetap bermakmum kepadanya, maka salatnya tidak sah dan dia wajib untuk mengulangnya.
Masalah 948) Wanita baru diperbolehkan menjadi imam dalam salat yang jamaahnya wanita juga.
Masalah 949) Bila terdapat kemudahan untuk melaksanakan salat jamaah di belakang ulama, maka hendaklah menghindarkan diri dari bermakmum kepada selain ulama.
Masalah 950) Jika imam jamaah memiliki ketenangan yang alami ketika qiyam, mampu mempertahankan keadaan tersebut ketika sedang membaca al-Fatihah dan surah serta zikir-zikir salat, memiliki kemampuan untuk melakukan rukuk dan sujud, dan mampu berwudu dengan benar, maka iqtida-nya[1] orang lain kepadanya dalam salat setelah terbuktinya seluruh syarat imam jamaah, dihukumi sah. Jika ia memiliki tangan atau kaki yang terputus secara sempurna atau lumpuh, iqtida dengannya akan berada dalam masalah, tetapi terputusnya ibu jari kaki tidak akan menodai keimamannya dan iqtida dengannya tetap dihukumi sah.
Masalah 951) Seseorang yang dimaafkan secara syar’i dalam pelaksanaan mandi dengan tayamum pengganti mandi, dapat menjadi imam jamaah, dan tidak bermasalah iqtida kepadanya.
Masalah 952) Salat para makmum yang dilakukan di belakang imam yang tidak dibenarkan bermakmum dengannya—disebabkan ketidaktahuan terhadap hukum syar’i—seperti seseorang yang tidak memiliki tangan kanan, dihukumi sah dan tidak ada kewajiban untuk mengulang atau meng-qadha-nya.
[1] Makmum mengikut imam dalam salat jamaah disebut iqtida (peny.).